Mencari Hakikat Diri dalam Diri


Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah dan segala sesuatu pasti akan kembali kepada Allah, termasuk jasad dan ruh adalah milik Allah.

Saudaraku jika kita ingin mengetahui rahasia Allah, maka kita harus mengenal siapa diri kita, karena barangsiapa yang mengenal dirinya dia akan mengenal Allah swt. Untuk mengetahui rahasia hidupnya Allah, hendaklah kita lebih dahulu mencari rahasia yang tersembunyi dalam diri kita, yaitu mencari hakikat diri. Namun perlu diketahui bahwa yang demikian ini merupakan sesuatu yang sulit, tetapi sangat indah untuk diteliti.

Artikel kita kali ini akan membahas hubungan jasad dan ruh kepada Allah yang sungguh menarik untuk kita kaji. Sebagai seorang mukmin kita tetap diperintahkan untuk mencari hakikat tersebut, sesuatu yang ada, yang hidup, yang hidup sebenarnya, dan yang wajib ada. Ahli filsafat menamainya dengan ilmu yang ada atau disebut Ontologi (metafisika), yaitu ilmu dibalik tabir kenyataan (hijab) atau disebut Al-Ghaib. Seluruh umat Islam diwajibkan percaya kepada yang ghaib, seperti firman Allah swt.

"Orang mukmin adalah orang yang percaya kepada yang ghaib." (QS. Al-Baqarah: 3)

Cara atau jalan untuk percaya kepada yang ghaib adalah dengan menggunakan rasa (zuq) bukan dengan perkataan dan bukan pula dengan penglihatan mata kepala, tetapi dengan mata hati. Untuk mengenal hakikat diri, baiklah saya akan berusaha menguraikan sembilan macam cara untuk mengenal hakikat diri, yaitu :

1. Setiap jasad suatu makhluk, ingin supaya dapat bergerak. Yang menggerakkan tubuh itu adalah suatu yang halus, yaitu ruh yang merupakan hak Allah. Dengan demikian jasad dan ruh tetap bergantung kepada hak Allah, seperti firman Allah berikut ini,

"Setelah Kami jadikan tubuh makhluk itu, lalu Kami limpahi dengan kejadian yang lain, yakni ruh, sehingga tubuh tersebut diberkati dengan kejadian yang sebaik-baiknya."

2. Datangnya ruh itu dari sumber yang satu, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan demikian dapat kita ketahui, bahwa jasad dan ruh adalah berasal dari Allah swt.

3. Tubuh makhluk itu tidak dapat bergerak, melainkan harus dengan iradatir-ruh. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa hak Allah swt. yang memerintahkan terhadap seluruh makhluk. Tidaklah bergerak segala kebajikan atau kejahatan melainkan dengan takdir Allah, dengan iradat Allah, serta dengan qodho dan qodar Allah swt.

4. Tidaklah tubuh itu bergerak dalam suatu gerak, melainkan sepengetahuan ruh dan gerak serta diamnya tubuh tidak pernah luput dari pengetahuan ruh.

5. Tubuh tidak dapat dekat dengan ruh, tetapi ruh sangat dekat dengan tubuh, sehingga kita dapat mengetahui bahwa hak Allah sungguh dengan segala sesuatu.

6. Ruh itu telah diciptakan terlebih dahulu daripada tubuh. Ruh tidak pernah binasa selama-lamanya, meskipun tubuh sudah hancur atau binasa. Dengan demikian dapatlah kiranya kita memahami, bahwa Allah swt. lebih dahulu ada daripada seluruh alam semesta ini.

7. Tidak ada satupun yang dapat mengenal bentuk dan rupa ruh yang ada di dalam tubuh makhluk. Dari sini semoga kita dapat memahami bahwa Allah swt itu harus disucikan dari ruang dan waktu, karena ruh adalah rahasia Allah, tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah swt.

8. Ruh itu bersifat halus (ghaib) yang maksudnya ruh itu tidak nyata, tidak makan dan minum, tidak tidur, tidak beranak, tidak pula diperanakkan dan tidak mengalami kematian (kekal selamanya). Jasad itu hanya sekedar wadahnya ruh yang menemani untuk mengembara disuatu tempat yang nyata sebagai musafir di dunia ini dan keberadaan ruh dalam jasad sifatnya sementara yang memiliki batas waktu tertentu menurut kehendak Allah. Ruh akan kembali ketempat asalnya, kampung halamannya, yaitu alam ghaib atau alam ruh.

9. Ruh itu tidak dapat dilihat melalui panca indera dan tidak pula dapat disentuh selama-lamanya. Dengan demikian semoga kita dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut, bahwa ruh itu suci dan kembali kepada Allah harus dalam keadaan suci. Untuk itu kita harus berusaha menyelaraskan antara jasad dan ruh yang ada pada diri kita, yaitu selalu mensucikan jasad kita dan membersihkannya dari najis, syirik dengan beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa, haji, membayar zakat, dan perbuatan-perbuatan yang dapat mensucikan jasad, sehingga ketika ruh dan jasad dipersatukan kembali pada hari Kiamat, jasad dan ruh benar-benar kembali kepada Allah dalam keadaan suci dan bersih dari kotoran dunia, maka ruh akan merasa tenang selama ia berada dalam jasad.

Demikian semoga bermanfaat.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Mencari Hakikat Diri dalam Diri