Dikisahkan, ada seseorang yang kabur dan berlindung di rumah orang saleh. Orang yang kabur tersebut berkata, "Rahasiakan aku dari orang-orang yang mencariku." Dan, orang saleh pun berkata, "Tidurlah engkau di sini."
Kemudian orang saleh itu menutupi orang yang kabur tersebut dengan dedaunan pohon kurma. Ketika para pencari orang tersebut datang kepada orang saleh dan menanyakan orang yang mereka buru, dia berkata, "Ia ada di bawah tumpukan dedaunan pohon kurma ini."
Mereka menduga, orang saleh tersebut menghinanya kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Orang yang menjadi buron, selamat berkat kejujuran. Ini tercantum dalam kitab Min hajul Muslim karya Abu Bakr Al-Jazairi.
Kisah itu memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang kejujuran. Berlaku jujur akan menjadikan kita selamat dari kesulitan baik bagi diri maupun bagi orang lain. Bahkan, kejujuran menjadi jalan bagi kita untuk meraih surga.
Rasulullah bersabda, "Hendaklah kalian jujur karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga." (HR Muslim). Kisah di atas juga memberikan pelajaran kepada kita agar berlaku jujur pada setiap keadaan.
Walaupun ada pendapat yang mengatakan kita boleh berdusta pada keadaan tertentu seperti untuk mendamaikan orang yang berselisih dan menyelamatkan diri dari orang-orang yang zalim, tetap saja mendamaikan dan menyelamatkan diri dengan cara yang jujur itu harus diutamakan.
Perbuatan baik yang dilakukan dengan cara jujur lebih utama daripada berbuat baik yang dilakukan dengan cara berdusta. Itu karena bagi seorang Muslim, kejujuran bukan akhlak mulia yang harus dimiliki semata, namun juga sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.
Selain itu, menoleransi satu kebohongan dapat menjadikan kita menoleransi kebohongan lain. Sebab, satu kali kita berbohong akan membuka pintu-pintu kebohongan lainnya. Akibatnya, secara tidak terasa diri kita akan terperangkap dalam kebohongan.
Karena hal yang biasa dilakukan akan menjadi suatu kebi- asaan (akhlak). Rasulullah bersabda, "Seseorang selalu berbohong dan memilih kebohongan hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong." (HR Muslim).
Karena itu, dibutuhkan kecerdikan untuk menjadi orang jujur terutama di saat-saat mendesak dan urusan yang penting. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, apalagi mengemas dosa dengan kebaikan, akan tetapi agar kita tetap berada di jalan Allah tanpa berbohong.
Yakinilah dengan kejujuran yang kita lakukan, Allah akan memberikan pertolongan dan akan menjadikan hati kita ten- teram. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan."
(HR At-Tirmidzi dan Nasa'i).
Untuk itu, upayakan kita tetap berlaku jujur dalam kondisi dan situasi apa pun. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk tetap bersikap jujur tanpa harus berbuat kebohongan. Semoga kisah di atas menjadi teladan bagi kita untuk tetap bersikap jujur. Wallahu'alam.
(sumber: Republika edisi : Rabu, 4 Juni 2014 hal. 25 Oleh Moch Hisyam)