Pagi itu seluruh penduduk Makkah berkumpul di gerbang kota untuk mengantarkan kepergian dua pemimpin mereka, yakni Suhail bin Amr dan Al-Harits bin Hisyam. Kesedihan menyergap mereka di senyapnya pagi. Air mata menetes dari wajah mereka yang hadir seakan bertanya, "Mengapa kalian harus pergi ke sana?"
Suhail dan Al-Harits adalah dua orang sahabat dekat. Keduanya bersama-sama menjadi tokoh Kota Makkah sebelum dakwah Islam dan memerangi Rasulullah hingga akhirnya masuk Islam setelah Makkah ditaklukkan oleh Rasulullah beserta kaum Muslimin.
Lalu, mereka mengisi hari-harinya dengan ibadah, zikir, dan pertobatan yang panjang, menyesali kesalahan yang pernah dilakukan. Suhail bahkan tak berhenti menangis saat membaca ayat-ayat Alquran.
Hingga tiba suatu hari, saat mereka tengah duduk bersama Khalifah Umar bin Al-Khattab, datanglah kalangan Muhajirin dan Anshar. Umar lantas meminta Suhail dan Al-Harits untuk menyingkir jauh ke belakang.
Dan, Umar mempersilakan orang-orang Muhajirin dan Anshar untuk duduk di dekatnya, berkumpul dan bercengkrama. Alangkah terhinanya Al-Harits dengan sikap Umar tersebut. Namun, Suhail menasihatinya, "Seharusnya kita mencela diri kita... mereka dulu langsung menyambut dakwah Rasulullah sedangkan kita menangguhkannya."
Keesokan harinya mereka menghadap Umar. "Wahai khalifah umat Islam, kami tahu kesalahan kami, maukah kau tunjukkan sebuah amalan yang membuat kami setara dengan mereka?" Umar tak memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Ia hanya mengarahkan telunjuknya pada sebuah tempat yang menjadi lokasi peperangan sengit antara kaum Muslimin dan tentara Romawi berlangsung. Mereka pun mengangguk memahami isyarat Umar. Itulah yang membuat keduanya bertekad meninggalkan Makkah pada usia yang tak lagi muda.
Sebelum berangkat, Al-Harits berkata dengan lirih, "Demi Allah, aku mencintai kalian dan tanah ini. Tapi, aku ingin mengejar kemuliaan yang belum aku raih. Demi Allah, jika kita sudah melewatkan kemuliaan itu di dunia maka kita tidak akan tertinggal meraih kemuliaan di akhirat maka bertakwalah kepada Allah."
Setelah itu mereka memacu kudanya untuk menyusul pasukan Muslimin pada perang Yarmuk hingga keduanya dianugerahi kehormatan syahid. Kisah tentang Suhail dan Al-Harits memberikan pelajaran bagi kita.
Setiap orang bisa saja jatuh pada kesalahan-kesalahan besar dalam hidup. Namun, hal itu tidak boleh menghalangi kita untuk mengejar kemuliaan hidup di dunia dan akhirat dengan tobat nasuha dan amal-amal yang besar.
Rasulullah bersabda, "Dan, ikutilah keburukan dengan kebaikan-kebaikan maka ia akan menghapusnya." (HR Tirmidzi).
(sumber: Republika edisi : Sabtu, 14 Juni 2014 hal. 12 Oleh Ahmad Syahirul Alim)