Nasihat Kematian
Suatu hari, seorang kakek berjalan menuju masjid. Ia melewati sekelompok anak yang sedang bermain bola. Tiba-tiba permainan itu menerbangkan debu-debu jalanan, lalu sang kakek berteriak menghentikan permainan mereka.
Ketika sang kakek mempercepat langkahnya untuk menghindari debu-debu jalanan, tiba-tiba salah seorang dari anak-anak itu bertanya, "Mau lari kemana kamu wahai kakek? Sebentar lagi debu-debu ini akan menyelimuti tubuhmu di kuburan."
Sang kakek tersinggung sedikit bercampur heran dengan perkataan si anak itu. Ia pun segera berhenti, seraya berkata, "Mendekatlah kepadaku." Tatkala anak itu sudah mendekat, sang kakek pun bertanya, "Apakah kamu memiliki cara untuk menghindari debu atau tanah kuburan itu?"
Anak itu menjawab, "Aku tahu jawabannya, tapi tanyakanlah kepada orang selain aku."
Sang kakek menukas, "Lalu, aku harus menanyakan kepada siapa?"
Si anak menjawab, "Tanyakanlah kepada akal pikiranmu."
Mendengar jawaban tersebut sang kakek meneteskan air mata karena takut kepada Allah. Kemudian ia meneruskan perjalanannya menuju masjid dan melaksanakan shalat dengan khusyuk.
Itulah sepenggal kisah yang memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang nasihat kematian. Sejatinya, nasihat ini tidak hanya untuk seseorang yang sudah lanjut usia, tetapi juga untuk kita semua, baik yang tua, muda, anak-anak, kaya, miskin, pejabat, rakyat biasa, yang sehat, sakit, dan untuk siapa saja yang bernyawa.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS Ali Imran [3]:185).
Kematian merupakan sebuah kepastian. Tidak ada seorang pun yang dapat menolak, menghindar, tidak ada tawar-menawar, dan tidak ada pula pemajuan maupun penundaan. Dan, setiap orang memiliki jatah hidupnya masing- masing.
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS al-A'raf [7]: 34).
Karena itu, Rasulullah SAW berpesan, "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (yaitu kematian)."
(HR Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah).
Dengan mengingat kematian, seseorang akan terdorong untuk mempersiapkan bekal dengan amal kebaikan dan berusaha membersihkan kesalahan dan dosa dengan segera bertobat kepada-Nya.
Jangan berlari dari kematian sebab di manapun seseorang berada kematian itu akan menjemputnya (QS an- Nisa' [4]: 78) dan persiapkan bekal yang cukup, yaitu ketakwaan (QS al-Baqarah [2]: 197). Selain itu, juga berbekal dengan amal saleh (HR Tirmidzi).
Semoga Allah membimbing kita untuk banyak mengingat kematian, mempersiapkan segala amal kebajikan, dan meraih husnul khatimah. Aamiin. Wallahu a'lam.
(sumber:Republika edisi Rabu, 1 April 2015 Hal. 25 Oleh Nashih Nashrullah)Oleh Imam Nur Suharno)
Tags :
hikmah
Related : Nasihat Kematian
Watak Dinul IslamSebagai penganut agama Islam, sudah selayaknya sikap dan perbuatan kita dalam keseharian kita mencerminkan watak atau tabiat kita sebagai Muslim. Itu karena dinul Islam ...
Tanggung JawabJika kita punya kontrakan, sebenarnya kontrakan itu punya siapa? Secara konsepsi, ilahiyah, dan tentu kita sebagai makhluk spiritual, tidak bisa melepaskan diri dari kon ...
Hakim Hukum LangitMelihat perseteruan para penegak hukum juga pejabat, membuat sedikit banyak muncul ketidakpercayaan, bahkan sikap apatis ketidakpedulian lagi terhadap hal yang mereka se ...
Menyiapkan Hari EsokImam Ahmad meriwayatkan dari al-Mundzir bin Jarir, dari ayahnya, ia berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah pada permulaan siang. Lalu, ada suatu kaum yang mendatangi b ...
Sasaran Dakwah Haruslah UniversalAjaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW sangat luas, mencakup semua bidang kehidupan manusia. Tak hanya soal fikih dan ibadah, namun ajaran Islam juga menyangkut kehi ...