Hadiah Takwa
Dulu saat saya bermasalah, punya kesulitan, punya kesusahan, dan semoga bukan saat seperti ini saja, aamiin, saya menyenangi puasa sunah. Apalagi, puasa wajib yang tentunya punya kekuatan berlipat-lipat.
Jadi, kalau sudah masuk Ahad malam atau Rabu malam senangnya minta ampun. Mengapa? Sebab, besoknya Senin atau Kamis. Ada apa? Ada puasa Senin Kamis.
Yang saya dengar dari para guru, mereka yang berpuasa dekat banget dengan Allah. Doa-doanya dikabul Allah. Sedangkan, saya lagi punya doa banget yang pengen didengar sama Allah. Pengen punya ketenangan hidup. Pengen bebas dari masalah dan kemudian hidup normal.
Bayangan saya, saat hari puasa sunah datang maka saya masuk dalam energi doa yang sangat baik sekali. Saat itu menjadi begitu bersemangat. Harapan yang tentunya tidak salah dan bukan pula harapan palsu. Sebab, berharap sama Allah adalah ibadah dan sebenar-benarnya harapan.
Akhirnya, karena pengen bangetlebih cepat, puasa Daud pun di tempuh supaya lebih banyak lagi punya waktu mustajab. Subhanallah. Semoga dengan menulis ini, kembali semangat ibadah saya.
Bagi saya, ini juga Lillaah. Bukan karena masalah. Tapi, masalah saya jadikan pintu untuk mendekatkan diri kepada Allah seraya berdoa agar diberi keistiqamahan dan kebersyukuran saat kemudian hidup sudah tenang dan normal.
Seingat saya, semangat dan harapan ini bertambah-tambah saat masuk Ramadhan. Air mata menetes bahagia. Jika terhadap puasa sunah saja sudah demikian, bagai mana lagi puasa wajib? Yang Allah janjikan "La'allakum tattaquun. Supaya kalian semua bertaqwa." (QS al-Baqarah [2]: 183). Saya pernah diajarkan bahwa kalau derajat kemudian menjadi yang bertakwa maka akan dapat hadiah dari Allah.
Apa saja hadiah itu? Di dalam surah at-Thalaq (65) ada beberapa. Satu, pada ujung ayat kedua, Allah akan kasih jalan keluar di setiap kesulitannya. Dua, pada awal ayat ketiga, Allah akan kasih rezeki banyak yang tak terduga. Tiga, pada ujung ayat keempat, Allah akan kasih banyak kemudahan pada semua urusannya. Empat, pada ujung ayat ke-lima, Allah akan hapuskan semua kesalahan dan Allah akan perbesar pahala dan kebaikan bagi yang bertakwa.
Dan, saya perlu semua hadiah itu. Karena itu, saya semangat dan berbahagia. Allah nggak mungkin bohong. Dan, Allah begitu banyak membuktikannya. Sayanya saja yang kurang lagi bersyukur.
(Sumber: Republika edisi : Senin, 30 Juni 2014 Hal. 01 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)
Tags :
hikmah,
ramadhan,
yusuf mansyur