Sepasang ayah-ibu menaiki panggung wisuda tahfidz Ma'had Ust mani, sudah dalam keadaan menangis. Di panggung sudah berdiri ananda yang akan diwisuda sebagai hafidzah 30 juz. Di antara yang diwisuda, ada Ibu Ismah. Sekitar empat sampai lima tahun yang lalu mulai menghafal Alquran. Saat beliau bertemu dengan saya saat itu baru mulai menghafal Alquran. Begitu kata gurunya, KH Effendi Anwar, pimpinan Ma'had Tah fidz Ustmani.
Ibu Ismah ini kemarin ikut diwisuda sebagai hafidzah. Sudah menyelesaikan hafalan 16 juz. Sudah lulus tes tajwidnya juga. Kalau sekadar hafal, mungkin sudah langsung selesai 30 juz. Tapi, ibu ini sekalian ngebenerin bacaan dan pemahamannya.
Bu Ismah lahir pada 1952 atau 62 tahun lalu. "Saya masih semangat nuntasin hafalan sampe 30 juz. Nggak apa- apa, saat selesai, umur saya barangkali nanti 70 tahun," kata Bu Ismah. Bagaimana dengan kita?
Sehari-harinya untuk setoran hafalan dan membenarkan bacaannya, Bu Ismah naik angkot sebanyak empat kali bolak-balik dari Cipayung ke Condet. Di Ma'had Utsmani, Condet, wisuda 30 juz itu berat. Sebab, selain benar hafalannya, juga kudu (harus) benar tajwid (bacaannya), dan sedikit memahami.
Selain Bu Ismah, Ananda Afifa juga berhasil melewati itu. Saat Ananda berdiri di panggung, bersama ayah dan ibunya yang sejak awal sudah menangis duluan sebelum naik panggung.
KH Effendi Anwar mengizinkan saya yang memberikan Ijazah Tahfidz. Guru beliau yang mengalungkan bunga. Tibalah saat yang mengharukan.
Kawan-kawan Ma'had Utsmani membuat replika mahkota. Ananda Afifa mengambil mahkota tersebut dan secara santun ia memakaikan ke atas kepala ayahnya. Tangis ayah-ibu ini pecah. Ayah-ibu ini memeluk Afifa. Seperti ini nanti kejadian di Surga. Allah sendiri yang mewisuda dan memakaikan mahkota ke pada ayah-ibu yang memiliki anak seorang penghafal Alquran. Disaksikan bukan oleh manusia lagi, tapi seluruh malaikat-Nya.
Adapun anak-anak penghafal Alquran, yang yatim, piatu, atau malah yatim piatu, alias tak berayah tak beribu, mereka pastinya lebih rindu lagi memakaikan mahkota penghafal Alquran untuk ayah-ibu yang tak lagi berkumpul bersama mereka.
Sebagian anak-anak calon penghafal Alquran yang yatim, piatu, dan yang sudah yatim piatu, tidak seberuntung Ananda Afifa yang diwisuda, tapi masih bisa disaksikan ayah ibunya langsung sebab masih hidup.
Sebagian dari anak-anak ini bahkan juga tidak mengenal dan tidak mengetahui seperti apa rupa ayah-ibu mereka. Tapi, mereka tahu, Allah akan mengumpulkannya. Dan, sekalian berkumpul di surga Allah. Langsung dibawakan mahkota para penghafal Al quran.
Semoga kita dipilih Allah juga, selain sama-sama berjuang untuk ikutan hafal Alquran, memiliki anak-anak keturunan dan keluarga penghafal Alquran, juga semoga bisa menjadi jalan mewujudkan anak-anak yatim, piatu, dan yang yatim piatu, menyiapkan, membawa, dan mempersembahkan mahkota penghafal Alquran, untuk ayah-ibu mereka.
Sekarang, saatnya kita memulai. Nggak usah buru-buru, pelan-pelan saja, satu hari satu ayat, lalu istiqamah melaksanakannya. Insya Allah, 10 tahun akan hafal plus dengan maknanya. Dan, insya Allah, penghafal Alquran akan mampu memberi syafaat 10 anggota keluarganya.
(sumber:Republika, edisi edisi Senin, 21 Juli 2014 Hal. 25 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)