Semoga Allah SWT Yang Mahapemurah menetapkan kita menjadi bagian dari orang-orang yang layak mendapat tambahan nikmat dan tingginya kedudukan di sisi-Nya karena rasa syukur dan sabar kita. Seperti firman Allah SWT, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim [14]:7).
Syukur dan sabar adalah kunci bagi meningkatnya keimanan seseorang pada Allah SWT. Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, baik berupa kenikmatan ataupun ujian, bertafakkur terhadap berlikunya nilai hikmah, evaluasi diri dan melihat dari dekat ujian yang ditimpakan pada para mustad'afiin, tuntutan menyempurnakan ikhtiar, husnuzhan kepada Allah dan lain-lain.
Syukur dan sabar juga merupakan sarana meningkatkan kualitas diri agar lebih berharga dalam pandangan Allah SWT. Seseorang yang pandai bersyukur akan senantiasa bertahtakan kesabaran, meski berada dalam ujian penderitaan. Apapun yang kemudian mereka dapatkan, mereka kembalikan kepada yang memberikan semua itu, Allah SWT. Allah SWT sendiri memberi tanda kepada golongan orang-orang seperti ini, sebagaimana firman-Nya: "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Inna lillaahi wa Inna Ilaihi Raaji'uun'" (Al-Baqarah [2]:156).
Keterbatasan harta bagi mereka bukan sebuah bencana yang akan menghancurkan hidupnya, tetapi lebih merupakan ujian yang dijanjikan Allah Swt yang akan berbuah pada meningkatnya kualitas iman dalam diri. Rasa sakit yang begitu pedih akan senantiasa ia sikapi dengan penuh kesabaran sebagaiman Nabiyullah Ayub AS. Ketika menyikapi hal tersebut, ia yakin bahwa sakit merupakan ujian Allah SWT yang akan berbuah pada bergugurannya dosa-dosa yang dimilikinya, sehingga kelak mereka mendapatkan keberuntungan memasuki surga Allah tanpa hisab, subhaanallah.
Keindahan orang-orang yang memiliki pribadi syukur dan sabar akan tampak dalam pola hidup kesehariannya. Ia tidak akan memiliki sikap sombong meskipun bergelimangan harta dan kemewahan. Pribadinya terasa sejuk dan penuh keakraban. Namun demikian, ia juga penuh dengan kegigihan untuk tetap berjuang di jalan Allah untuk meraih keridhaan-Nya. Tak ada kebencian di antara mereka. Kalaupun mereka menemukan hal, yang satu sama lain kurang berkenan, mereka akan lebih memilih saling memberikan taushiah (berwasiat) dengan penuh kebenaran dan kesabaran, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ashr ayat 3: "Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih serta saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran."
Sungguh indah pribadi-pribadi yang memiliki sifat syukur dan sabar dalam dirinya, sehingga tidak tampak sama sekali dalam dirinya penyesalan dalam penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ingin berontak ketika diharuskan taat pada syari'at. Karena keindahan pribadinya, Allah merelakan diri-Nya duduk bersama golongan orang-orang seperti ini. Firman Allah SWT, "Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Al-Qamar [54]:35).
Pada surat lain Allah SWT juga berfirman, "...Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (QS. Al-Baqarah [2]: 153). Berbeda sekali dengan orang-orang yang tidak mampu bersyukur dan bersabar atas nikmat dan ujian yang datang dari Allah. Nikmat dunia yang melimpah mereka anggap semata-mata karena hasil usaha dan kerja keras yang mereka lakukan sendiri. Gelimangnya harta bagi mereka sikapi dengan pesta pora menikmati keindahan dunia, yang sesungguhnya fana.
Berkurangnya harta dunia membuat golongan orang-orang yang seperti ini tidak tenang, cemas dan tidak menentu. Mereka menganggap bahwa kesenangan yang sesunguhnya hanya dapat diukur dengan harta yang banyak dan melimpah, sehingga mereka merasakan kebingungan yang amat sangat ketika harta dunia tiada dalam genggamannya. Kesehatan fisik yang dimilikinya tidak mereka sadari sebagai karunia Sang Mahapemberi nikmat, sehingga mereka pergunakan untuk bermaksiat terhadap Allah.
Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa kesehatan yang ada dalam genggamannya suatu saat akan hilang dan berganti menjadi rasa sakit. Mereka juga tidak menyadari bahwa nikmat-nikmat lain yang selama ini diterimanya akan dihisab kelak di akhirat. Sungguh nista perilaku orang-orang yang tidak mampu bersyukur akan nikmat yang telah diberikan Allah. Belum lagi ketika mereka ditimpa dengan ujian. Sakit yang diderita mereka sikapi dengan keluh kesah yang berkepanjangan, dan putus asa seolah tiada akan berkesudahan.
Ujungnya, hanya penderitaanlah yang akan dirasakan oleh orang-orang seperti ini. Sekecil apapun rasa sakit yang dideritanya, akan terasa berat dan membebani dirinya. Rasa sakit yang sesungguhnya ringan mereka dramatisir sedemikian rupa seolah sebuah sakit yang berat dengan tujuan untuk mendapatkan simpati dari orang-orang di sekelilingnya. Ketika tidak mendapatkan simpati yang diinginkannya, mereka semakin merasakan penderitaan yang amat sangat.
Sungguh kasihan dan malang orang-orang yang tidak mampu bersyukur terhadap nikmat Allah dan bersabar terhadap ujian yang diberikan Allah. Karena, bukan hanya penderitaan dunia saja yang akan diperoleh orang-orang seperti ini, melainkan juga hisab yang berat dan penderitaan yang sangat pedih di akhirat kelak. Firman Allah SWT: "...dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim [14]:7). Naudzubillahi min zaalik.
Untuk itu, mari kita sama-sama berharap akan pertolongan Allah SWT semoga Allah Yang Mahapemurah dan Mahaadil senantiasa menggolongkan kita sebagai hamba-hambanya yang senantiasa mampu bersyukur akan semua nikmat Allah dan bersabar atas ujian yang ditimpakan-Nya. Kita juga memohon perlindungan-Nya agar kita tidak dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang tidak mampu bersyukur dan bersabar atas apapun yang diberikan oleh Allah SWT. Wallahua'lam.
Penulis : Abdullah Gymnastiar
REPUBLIKA - Senin, 21 Juli 2003
(sumber:republika.co.id)
Syukur dan sabar adalah kunci bagi meningkatnya keimanan seseorang pada Allah SWT. Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, baik berupa kenikmatan ataupun ujian, bertafakkur terhadap berlikunya nilai hikmah, evaluasi diri dan melihat dari dekat ujian yang ditimpakan pada para mustad'afiin, tuntutan menyempurnakan ikhtiar, husnuzhan kepada Allah dan lain-lain.
Syukur dan sabar juga merupakan sarana meningkatkan kualitas diri agar lebih berharga dalam pandangan Allah SWT. Seseorang yang pandai bersyukur akan senantiasa bertahtakan kesabaran, meski berada dalam ujian penderitaan. Apapun yang kemudian mereka dapatkan, mereka kembalikan kepada yang memberikan semua itu, Allah SWT. Allah SWT sendiri memberi tanda kepada golongan orang-orang seperti ini, sebagaimana firman-Nya: "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Inna lillaahi wa Inna Ilaihi Raaji'uun'" (Al-Baqarah [2]:156).
Keterbatasan harta bagi mereka bukan sebuah bencana yang akan menghancurkan hidupnya, tetapi lebih merupakan ujian yang dijanjikan Allah Swt yang akan berbuah pada meningkatnya kualitas iman dalam diri. Rasa sakit yang begitu pedih akan senantiasa ia sikapi dengan penuh kesabaran sebagaiman Nabiyullah Ayub AS. Ketika menyikapi hal tersebut, ia yakin bahwa sakit merupakan ujian Allah SWT yang akan berbuah pada bergugurannya dosa-dosa yang dimilikinya, sehingga kelak mereka mendapatkan keberuntungan memasuki surga Allah tanpa hisab, subhaanallah.
Keindahan orang-orang yang memiliki pribadi syukur dan sabar akan tampak dalam pola hidup kesehariannya. Ia tidak akan memiliki sikap sombong meskipun bergelimangan harta dan kemewahan. Pribadinya terasa sejuk dan penuh keakraban. Namun demikian, ia juga penuh dengan kegigihan untuk tetap berjuang di jalan Allah untuk meraih keridhaan-Nya. Tak ada kebencian di antara mereka. Kalaupun mereka menemukan hal, yang satu sama lain kurang berkenan, mereka akan lebih memilih saling memberikan taushiah (berwasiat) dengan penuh kebenaran dan kesabaran, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ashr ayat 3: "Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih serta saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran."
Sungguh indah pribadi-pribadi yang memiliki sifat syukur dan sabar dalam dirinya, sehingga tidak tampak sama sekali dalam dirinya penyesalan dalam penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ingin berontak ketika diharuskan taat pada syari'at. Karena keindahan pribadinya, Allah merelakan diri-Nya duduk bersama golongan orang-orang seperti ini. Firman Allah SWT, "Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Al-Qamar [54]:35).
Pada surat lain Allah SWT juga berfirman, "...Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (QS. Al-Baqarah [2]: 153). Berbeda sekali dengan orang-orang yang tidak mampu bersyukur dan bersabar atas nikmat dan ujian yang datang dari Allah. Nikmat dunia yang melimpah mereka anggap semata-mata karena hasil usaha dan kerja keras yang mereka lakukan sendiri. Gelimangnya harta bagi mereka sikapi dengan pesta pora menikmati keindahan dunia, yang sesungguhnya fana.
Berkurangnya harta dunia membuat golongan orang-orang yang seperti ini tidak tenang, cemas dan tidak menentu. Mereka menganggap bahwa kesenangan yang sesunguhnya hanya dapat diukur dengan harta yang banyak dan melimpah, sehingga mereka merasakan kebingungan yang amat sangat ketika harta dunia tiada dalam genggamannya. Kesehatan fisik yang dimilikinya tidak mereka sadari sebagai karunia Sang Mahapemberi nikmat, sehingga mereka pergunakan untuk bermaksiat terhadap Allah.
Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa kesehatan yang ada dalam genggamannya suatu saat akan hilang dan berganti menjadi rasa sakit. Mereka juga tidak menyadari bahwa nikmat-nikmat lain yang selama ini diterimanya akan dihisab kelak di akhirat. Sungguh nista perilaku orang-orang yang tidak mampu bersyukur akan nikmat yang telah diberikan Allah. Belum lagi ketika mereka ditimpa dengan ujian. Sakit yang diderita mereka sikapi dengan keluh kesah yang berkepanjangan, dan putus asa seolah tiada akan berkesudahan.
Ujungnya, hanya penderitaanlah yang akan dirasakan oleh orang-orang seperti ini. Sekecil apapun rasa sakit yang dideritanya, akan terasa berat dan membebani dirinya. Rasa sakit yang sesungguhnya ringan mereka dramatisir sedemikian rupa seolah sebuah sakit yang berat dengan tujuan untuk mendapatkan simpati dari orang-orang di sekelilingnya. Ketika tidak mendapatkan simpati yang diinginkannya, mereka semakin merasakan penderitaan yang amat sangat.
Sungguh kasihan dan malang orang-orang yang tidak mampu bersyukur terhadap nikmat Allah dan bersabar terhadap ujian yang diberikan Allah. Karena, bukan hanya penderitaan dunia saja yang akan diperoleh orang-orang seperti ini, melainkan juga hisab yang berat dan penderitaan yang sangat pedih di akhirat kelak. Firman Allah SWT: "...dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim [14]:7). Naudzubillahi min zaalik.
Untuk itu, mari kita sama-sama berharap akan pertolongan Allah SWT semoga Allah Yang Mahapemurah dan Mahaadil senantiasa menggolongkan kita sebagai hamba-hambanya yang senantiasa mampu bersyukur akan semua nikmat Allah dan bersabar atas ujian yang ditimpakan-Nya. Kita juga memohon perlindungan-Nya agar kita tidak dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang tidak mampu bersyukur dan bersabar atas apapun yang diberikan oleh Allah SWT. Wallahua'lam.
Penulis : Abdullah Gymnastiar
REPUBLIKA - Senin, 21 Juli 2003
(sumber:republika.co.id)