Salah satu amalan Ramadhan yang sungguh baik adalah bersikap pemurah atau dermawan bagi sesama, terutama bagi saudara kita yang sangat memerlukan. Rasulullah adalah seorang yang paling pemurah, lebih-lebih pada Ramadhan (HR Bu kha ri dan Muslim). Sikap pemurah itu menumbuhkan empati dan rasa mau berbagi.
Setiap Muslim dilatih melalui puasa agar menjadi insan yang mampu merasakan derita sesamanya dan melahirkan sikap ta'awun, yakni semangat saling menolong dan bekerja sama dengan orang lain secara tulus dan baik.
Yang kaya harus berbagi dengan saudaranya yang miskin. Yang ber ilmu, harus mencerdas kan orang lain. Manakala dia memiliki kekuasaan, harus menyejahterakan orang banyak.
Semangat ta'awunatau tolong-menolong dan saling bekerja sama sendiri merupakan perintah dalam Islam. (Lihat QS al-Mai dah: 2). Ajaran ini sangat mulia karena setiap Muslim diajarkan untuk ber-ta'awun dengan siapa pun dalam hal-hal yang baik.
Dalam kehidupan, tidak jarang ada yang bekerja sama untuk sesuatu yang buruk dan merugi kan orang lain. Karena kepentingan-kepentingan duniawi yang sifatnya sesaat, sebagian orang saling berdusta dan mengembangkan hal-hal yang negatif yang menjatuhkan orang lain.
Sementara, orang juga sering tidak bersikap adil dan baik, tidak toleran, dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama demi mengejar nafsu dunia. Selain itu, tampak terjadi erosi dalam kehidupan bersama, seperti egoisme, membantu karena pamrih, hedonis atau memuja kenikmatan dunia, sikap acuh tak acuh, ke pura-puraan, dan lain-lain.
Karena itu, setiap Muslim yang berpuasa akan mampu menjaga dirinya untuk menyemaikan benih-benih ta'awun untuk membangun solidaritas sosial yang bersih dan baik dalam kehidupan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal.
Sikap ta'awun yang serba utama tersebut harus ditanamkan dan disebar luaskan di seluruh lapisan masyarakat, termasuk di kalangan anak-anak sebagai generasi umat dan bangsa. Sikap bersih dan baik yang diwujudkan dalam kehidupan bersama harus menjadi budaya sehari-hari.
Dengan puasa Ramadhan, sikap ta'awunatau solidaritas sosial yang luhur itu merupakan hasil dari proses transendensi (hablu min Allah) yang membuahkan sifat kemanusiaan yang luhur (hablu min al-nas) yang bersifat serba utama.
Dalam Islam, hablu min Allahitu harus tecermin dalam hablu min al-nas,begitu pula sebaliknya (QS Ali Imran: 112). Artinya, setiap Muslim yang melakukannya memang lahir dari panggilan iman dan ketauhidan yang kuat sehingga membentuk solidaritas sosial yang kuat, jernih, dan serba baik.Melalui puasa yang menumbuhkan semangat solidaritas sosial, akan tercipta kehidupan sosial yang religius, bermoral, demokratis, harmoni, kebersamaan, toleransi, dan saling menjunjung tinggi martabat kemanusiaan tanpa diskriminasi.
(Sumber: Republika edisi : Ahad, 06 Juli 2014 Hal. 01 Oleh Siti Noordjannah Djohantini)