Barangsiapa yang melakukan sesuatu yang istimewa pada waktu yang istimewa, niscaya dia akan diperlakukan istimewa pula oleh Allah. Setiap hari Allah sudah menciptakan waktu-waktu yang sangat istimewa, di antaranya adalah sepertiga malam terakhir. Orang yang bangun malam lalu melakukan tahajud dengan benar dan istiqomah, maka ia dijamin memiliki kedudukan terpuji dalam pandangan Allah dan dibuat terpuji dalam pandangan orang yang beriman.
Kata-katanya akan memiliki kekuatan, memiliki daya sentuh, daya hunjam, dan daya gugah yang hebat, walau mungkin yang dikatakannya sederhana. Ia pun akan diberi kemudahan dan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapinya, karena doanya makbul. Setiap minggu ada hari spesial pula, yaitu hari jumat. Rasullulah SAW pun berusaha tampil "lebih istimewa" pada hari Jumat. Amalannya ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas amal-amal yang utama.
Allah SWT menjamin gugurnya dosa setiap hamba dari Jumat ke Jumat, bila ia mampu meraih keutamaan di dalamnya. Dalam satu tahun pun Allah SWT menciptakan satu bulan istimewa, yaitu bulan Ramadhan. Bulan yang penuh barokah, yang benar-benar beda dengan bulan lain, hari demi harinya dan jam demi jamnya berbeda, dan detik demi detik berbeda, begitu istimewa. Siapapun yang mengisi detik demi detik di bulan Ramadhan dengan perilaku istimewa, niscaya dia akan istimewa pula dalam pandangan Allah. Dosa-dosanya akan dihapuskan, derajatnya dinaikkan, setiap doanya dikabulkan, dan Allah menyediakan surga baginya. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah maka diampuni dosanya yang terdahulu." (HR. Bukhari).
Lalu, manusia seperti apakah yang istimewa dalam pandangan Allah? Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu (QS. Al-Hujurat:13). Orang yang paling dekat dengan Allah adalah yang berpredikat taqwa. Ramadhan adalah salah satu sarana menjadi orang yang istimewa dalam pandangan Allah, yaitu orang yang bertaqwa. Allah SWT menjelaskan tujuan diwajibkannya puasa di bulan Ramadhan ini, Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS: Al Baqarah: 183).
Lihatlah kalau kita diistimewakan oleh orang tua, belum meminta sudah dicukupi, selalu dijaga, kebutuhan kita dipenuhi, ketika kita meminta diberi, bila ada yang menganiaya dilindungi. Itu baru manusia. Bagaimana lagi kalau seorang hamba diistimewakan oleh Allah Yang Maha Tahu segala kebutuhan dan harapan kita. Karenanya, sebodoh-bodoh manusia adalah yang menyia-nyiakan waktunya di bulan Ramadhan dan dia tidak mendapat apapun di dalamnya.
Oleh karena itu, ada satu hal yang harus kita camkan dalam hati berkaitan dengan Ramadhan ini: kita tidak boleh melakukan apapun kecuali yang istimewa dan terbaik dalam pandangan Allah. Ramadhan adalah waktu yang teramat istimewa. Kita harus bertekad tidak melihat apapun kecuali yang istimewa. Mata kita hanya melihat sesuatu yang bisa membersihkan hati. Mata kita harus menjadi sarana penambah ilmu dan penambah kedekatan kita kepada Allah.
Apakah boleh melihat televisi? Tentu saja boleh. Tapi acara yang kita lihat hanya acara istimewa yang bisa mengembangkan iman kita dan menambah rasa kagum kepada Allah. Mata dan telinga ini adalah karunia Allah, maka mata dan telinga ini hanya layak melihat dan mendengar hal-hal yang istimewa di bulan istimewa pula, Subhanalloh. Jangan membicarakan aib orang lain. Ingat, kita hanya boleh mendengar sesuatu yang membuat kita semakin dekat dengan Allah. Daripada membicarakan keburukan orang lain, akan lebih baik jika kita membicarakan kebaikan-kebaikan orang lain sehingga bisa menirunya. Jangan mendengarkan obrolan yang sia-sia.
Apakah boleh mendengarkan lagu? Tentu saja boleh, tapi dengarkanlah lagu yang dapat menjadi amal. Kita pun boleh berbicara apapun kalau itu bisa menjadi kebaikan, "fal yaqul khairan auliyashmut". Kita jangan berkata, kecuali kata-kata terbaik. Tidak akan berkomentar kecuali komentar terbaik. Jangan ada komentar negatif, karena sekali bicara didengar oleh Allah dan dicatat oleh malaikat. Jangan ada lintasan hati kepada orang yang beriman, kecuali lintasan yang baik saja.
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang dan janganlah sebagian kamu menggunjing atas sebagian yang lain. Adakah di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang mati? Maka kamu membenci (memakannya). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha penyayang (QS. Al-Hujuraat:12).
Usahakanlah pula agar di bulan Ramadhan ini, kita bisa mengekang segala keinginan duniawi. Kita harus shaum dari buruk sangka. Kita harus memiliki keinginan untuk memperbanyak amal; untuk membagikan pakaian, makanan, ataupun parcel. Perbanyak pula sedekah. Tidak selalu harus berupa materi, bisa dengan senyuman, keramahan, membersihkan masjid, mendoakan orang lain, dan sebagainya.
Ramadhan adalah bulan tawadhu dan bulan peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah. Karena itu, siapapun yang berusaha menjadikan waktu Ramadhan ini istimewa, maka ia akan berusaha akrab dengan Alquran, dengan majelis ilmu, menjadi ahli sedekah yang ikhlas, gemar menolong orang, dan pandai mengendalikan diri. Bila kita mampu melakukan segalanya dengan istimewa dan dengan cara terbaik di bulan ini, insya Allah kita akan menjadi orang yang istimewa di sisi Allah SWT.
Hal yang tidak kalah pentingnya setelah meningkatkan ibadah, kita pun harus berusaha meningkatkan kualitas akhlak. Akhlak adalah respons spontan kita terhadap sesuatu hal. Bila akhlak kita baik, maka kita akan merespons setiap kejadian apapun dengan sikap terbaik kita. Semoga kita bisa mengisi Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, sehingga Allah SWT berkenan menuntun kita menjadi orang yang ber-akhlakul karimah.Wallahu a'lam bish-shawab.
(sumber:Republika.co.id Oleh KH Abdullah Gymnastiar edisi Senin, 27 Oktober 2003)