Yordania merupakan negara yang kaya sejarah. Beragam peradaban silih berganti mewarnai catatan sejarah di negara beribukotakan Amman itu. Ada beberapa kerajaan yang pernah berjaya di Yordania, di antaranya Kerajaan Edom, Moab, Ammon, dan Kerajaan Nabath dengan warisan peninggalan yang masih bertengger hingga saat ini yaitu, Petra.
Negara ini pada masa awal Islam juga memiliki posisi strategis. Negara yang berbatasan dengan Palestina itu menjadi jalur bagi penaklukan wilayah Suriah dan Yerusalem. Sejumlah peperangan penting pernah terjadi di Yordania dan sekitarnya selama periode Islam, di antaranya sebagai berikut.
Mu'tah
Perang yang berkecamuk pada Agustus 630 M/ 8 Hijriyah ini berlangsung di sebelah barat daya Yordania. Pasukan Roma didukung dengan 200 ribu personel tentara, sedangkan pasukan Islam hanya 3.000 orang. Angka tersebut merupakan jumlah kekuatan perang terbesar Islam, sebelum terjadinya Perang Khandaq.
Perang ini disebabkan kelancangan Syurhabil bin Amr, antek Romawi yang membunuh al-Harits bin Amir al-Azdi, utusan Rasulullah SAW yang bertugas menyampaikan surat untuk Kaisar Romawi. Jumlah korban syahid dalam perang tersebut sebanyak 13 sahabat. Sedangkan, di pihak Romawi tak kurang dari 3.350 orang tewas. Lokasi perang itu hingga kini ramai dikunjungi wisatawan.
Yarmuk
Sungai Yarmuk, sebelah utara Yordania, menjadi saksi biksu perang yang dimenangkan oleh umat Islam. Padahal, pasukan Muslim hanya diperkuat oleh 36 ribu personel, sedangkan kekuatan pasukan Bizantium tujuh kali lipat lebih besar, yaitu 240 ribu serdadu.
Perang yang berlangsung pada 634 M/13 H ini termasuk peperangan terpenting lantaran menorehkan kemenangan pertama umat Islam di luar wilayah Hijaz pasca wafatnya Rasulullah.
Di bawah instruksi Abu Bakar, motif awal dari perang ini, yaitu penaklukan Syam. Tetapi di tengah perjalanan, pasukan yang semula dipecah ke dalam empat batalion akhirnya memutuskan bersatu di bawah komando Khalid bin al-Walid setelah mendapati ribuan pasukan Romawi. Perang Yarmuk menunjukkan kepiawaian berperang Khalid bin Walid yang memaksimalkan pasukan berkuda.
Hithin
Di bawah komando Shalahudin al-Ayyubi, perang yang terjadi pada 583 H/ 1187 M ini tercatat sebagai perang tersukses yang melibatkan pasukan gabungan warga Mesir, Turki, dan Kurdi.
Perang yang berlokasi di Hitthin Palestina tersebut dipicu oleh peristiwa perampokan dan penawanan anggota keluarga Shalahudin oleh Raynald de Chatillon. Insiden ini dianggap mencederai genjatan senjata antara tentara Islam dan Pasukan Salib pada 1180.
Permintaan ganti rugi dan pembebasan tawanan yang diajukan oleh Shalahudin ditolak. Perang pun tak terhindarkan. Jumlah pasukan Islam meski tak sebanding, yaitu 25 ribu personel, sedangkan di pihak lawan ada 63 ribu, tetapi hasil akhir dimenangkan oleh pasukan Islam. Kota Yerusalem berhasil direbut kembali. Sebanyak 30 ribu pasukan musuh tewas, termasuk komandan mereka, Raynald de Chatillon.
(sumber:Republika edisi Minggu, 11 Januari 2015 Hal. 13 Oleh Nashih Nashrullah)