"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah". (Q.S. Al-Hadid : 22)
Akhir-akhir ini Negara kita ditimpa musibah bertubi-tubi, dari gunung meletus, seperti gunung Sinabung, gunung Merapi, gunung Kelud, dan gunung Slamet, kemudian tanah longsor di Banjarnegara, semburan lumpur di Sidoarjo, Tsunami Aceh dan Pangandaran, Gempa bumi di Padang danYogyakarta, jatuhnya pesawat Air Asia, terbakarnya pasar Tanah Abang dan Klewer serta banjir banda yang menenggelamkan kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung yang datang setiap musim hujan.
Semua musibah tersebut datang silih berganti untuk memberikan pelajaran bagi kita, umat manusia yang hidup di bumi Allah `azza wa jalla ini. Di antara pelajaran-pelajaran yang bisa kita ambil dari musibah-musibah tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Musibah dan bencana yang terjadi menunjukkan bahwa bumi yang kita tempati ini mulai rusak, dan ini merupakan salah satu tanda-tanda kiamat kecil, yang kemudian cepat atau lambat akan menuju kiamat besar, yang berupa hancurnya bumi dan dunia ini secara sempurna.
Kedua, Musibah yang terjadi di bumi ini, bagaikan manusia yang terkena sakit, atau hilangnya salah satu anggota tubuh kita atau hilangnya fungsi dari anggota tersebut. Ini menunjukkan telah terjadi kematian-kematian kecil di dalam tubuh kita, yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti dengan kematian besar, yaitu kematian yang sesungguhnya, ketika roh berpisah dari tubuh kita. Inilah bentuk kiamat pada setiap manusia.
Allah tidaklah menjadikan dunia ini abadi, tidaklah menjadi tubuh manusia ini sehat terus, sebaliknya tubuh ini akan mengalami kerusakan dan kematian. Allah `azza wa jalla berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebajikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (Q.S. Al-Anbiya' : 35)
Ketiga, Musibah yang terjadi di muka bumi ini semua dengan izin dan kehendak Allah, dan semuanya sesuai dengan rencana dan skenario Allah, untuk suatu hikmah terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Di antara hikmah-hikmah musibah adalah sebagai berikut :
Hikmah Pertama, Kita tidak putus asa terhadap rahmat Allah `azza wa jalla. Walaupun terjadi musibah yang bertubi-tubi, yang barangkali merenggur nyawa orang-orang yang kami cintai, dan melenyapkan barang-barang yang kita miliki, tetapi di sana masih ada harapan. Harapan untuk tetap tegar dan mengarungi kehidupan ini menjadi lebih baik. Kita masih punya Allah, Rabb sekalian alam, yang tidak pernah berhenti memberikan nikmat-nikmat-Nya kepada kita.
Hikmah Kedua : Sebaliknya, kita tidak bangga dengan apa yang kita miliki dari harta kekayaan dan jabatan di dunia ini. Bahkan kita tidak boleh bangga dengan prestasi yang pernah kita raih, ataupun bangga dengan kesehatan dan keselamatan kita dari musibah-musibah tersebut. Karena semua itu, yang terkena musibah atau kehilangan sesuatu yang dicintainya dan yang menyenangkannya atau memilikinya, semuanya datang dari Allah untuk menguji manusia. Allah berfirman, "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri," (Q.S. Al-Hadid : 22-23)
Hikmah Ketiga : Musibah yang terjadi di dunia ini menunjukkan bahwa dunia ini tana dan tidak langgeng, jika kita mendapatkan sesuatu barang atau jabatan atau kesenangan, maka cepat atau lambat akan lepas lagi dari tangan kita. Kesenangan dunia ini datang dan pergi silih berganti, maka janganlah kita terpedaya dengannya, larut di dalamnya, dan terbawa arusnya serta terkesima dengan gemerlapan penampilannya. Sesungguhnya semuanya itu tipuan, bukanlah kesenangan yang sebenarnya. Allah `azza wa jalla berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, dan maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S. Ali Imran : 185)
Hikmah Keempat : Musibah dan kerusakan yang terjadi di muka bumi ini tidak lain karena ulah manusia itu sendiri, maka jangan sampai kita menyalahkan Allah dan menyalahkan alam. Alam ini akan bersikap ramah kepada kita, manakala kita ramah kepadanya, jika kita merusak alam ini, maka alampun marah dan terjadilah bencana. Ini semua terjadi agar manusia kembali kepada ajaran yang benar dan kembali kepada jalan Allah. Allah berfirman : "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (jalan yang benar)." (Q.S. Ar-Rum : 41)
Hikmah Kelima : Musibah yang terjadi mendorong kita untuk banyak melakukan istighfar (memohon ampun) atas segala kesalahan dan kekhilafan yang selama ini kita lakukan. Istighfar ini sekaligus sebagai tolak bala' (menghindarkan kita dari musibah berikutnya). Allah berfirman : "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (Q.S. Al Anfal : 33)
Hikmah Keenam : Musibah yang terjadi ini mendorong kita untuk menyiapkan bekal berupa amal shalih sebelum ajal menjemput kita, sebelum musibah ini menimpa kita dan keluarga kita. Orang yang pandai dan cerdas adalah orang yang selalu menyiapkan bekal sebelum melakukan perjalanan, menyediakan payung sebelum turun hujan. Di dalam hadist Abu Ya'la Syadad bin Aus ra dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menahan hawa nafsunya dan beramal untuk sesudah mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah." (H.R. Tirmidzi)
Hikmah Ketujuh : Amal sholeh dan istighfar yang kita kerjakan selain menolak bala' maka akan mendatangkan rahmat dan berkah dalam hidup kita. Maka untuk menjaga agar kehidupan kita, keluarga kita, masyarakat kita dan Negara kita tetap aman sentosa, makmur dan serba kecukupan, maka setiap dari diri kita hendaknya bertaqwa kepada Allah menjalankan syariat-Nya dan menjauhi kemaksiatan. Firman Allah `azza wa jalla : "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S. Al A'raf : 96)
Kita juga diperintahkan untuk berdoa agar dihindarkan dari musibah-musibah tersebut. Sebagaimana hadist Abdullah bin Umar bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa : "Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, dan dari pindahnya keselamatan yang Engkau berikan, dan dari kedatangan sangsi-Mu yang tiba-tiba, serta dari seluruh murka-Mu (H.R. Muslim)
Beliau juga berdoa : "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dengan keridhaan-Mu (agar selamat) dari murka-Mu, dan dengan keselamatan-Mu (agar terhindar) dari siksaan-Mu. Dan aku belindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian-Mu kepada diri-Mu." (H.R. Muslim). Wallahu A'lam.
(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.13 Thn.XLII, 7 Jumadil Akhir 1436 H/ 27 Maret 2015 M Oleh Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA)