Musibah
Musibah beruntun datang, seperti selalu kita ikuti di media massa. Mulai dari musibah berskala lokal, regional hingga yang mondial, musibah terus menimpa manusia, baik perorangan, komunitas maupun bangsa. Musibah yang datang tak terduga dapat mengancam siapa saja, kapan saja, dan di mana pun. Apa pun bentuknya, secara kasat mata musibah bersifat merugikan.
Namun sesungguhnya, dilihat dari sudut mental spiritual, musibah bisa merupakan jalan naik menuju hidup yang lebih baik. Musibah itu tidak sia-sia hadir, bahkan walau menimpa kita. Musibah memberi kita peluang untuk mempelajari pengalaman menyedihkan, hingga kita menemukan kehidupan sejati dan hakikat keberadaan manusia di alam ini. Masalahnya musibah selalu hadir berupa tamparan atau cubitan yang tak enak untuk dirasakan.
Allah berfirman, ''Sungguh akan Kuberikan kepadamu kecemasan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa serta buah-buahan, tetapi berbahagialah orang yang bersabar, yakni orang yang ketika menemui musibah berkata, 'Sungguh kita kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali'.'' (Q. S. 2: 155-156).
Jelas, rinci serta praktis Allah menuntun hamba-Nya menghadapi setiap musibah. Allah menjelaskan, dengan musibah itu, orang yang biasa bersabar diuji kualitas kesabarannya, dan orang yang belum bersabar diberi peluang untuk mendapatkan kesabaran lantaran musibah itu.
Orang bijak dari kalangan sufi membedakan adanya tiga manfaat ditimpakannya musibah kepada seseorang. Pertama, musibah sebagai penebus dan pembebas dosa yang pernah dilakukannya. Kedua, musibah sebagai pengingat dan penguji akan kualitas kesabaran seseorang. Ketiga, musibah sebagai tangga naik orang yang tertimpa menuju kualitas hidup yang lebih tinggi.
Ketika musibah menimpa kita, selain kita pasrah, selayaknya kita pun melakukan muhasabah, mengevaluasi diri: dosa atas perbuatan apa yang kita lakukan kemarin dan kini. Bila secara jujur kita akui, maka musibah inilah penebusnya.
Namun bilamana kita tidak menyadari dosa-dosa kita, maka musibah akan menjadi pengingat dan penyadar bagi kita. Kita harus menghadapinya dengan sabar, sebab boleh jadi musibah itu justru peringatan bahwa kita bakal mendapatkan rahmat-Nya.
(sumber:republika)
Tags :
hikmah
Related : Musibah
Keajaiban ItsarItsar adalah mengutamakan orang lain dalam perkara mubah meskipun kita membutuhkan. Itsar juga bisa berarti mencintai apa yang ada pada saudara kita sebagaimana kita men ...
Berhias Untuk AllahSetiap mukalaf (orang yang wajib menjalankan syariat Islam) diundang secara resmi untuk menghadap Allah sebanyak lima kali dalam sehari. Tepatnya, saat shalat Subuh, Zhu ...
Bahagia Dalam KesulitanKebahagiaan merupakan milik semua orang yang menginginkannya. Namun, kita perlu merawat dan memeliharanya, kemudian mengoptimalkan kecerdasan intelektual, emosional, dan ...
Nabi yang Mencintai AlquranSuatu ketika, Atha dan Ubaid bin Umair menemui Aisyah. Ubaid kemudian bertanya perihal Rasulullah, "Wahai Aisyah, ceritakan kepada kami satu peristiwa yang paling menakj ...
Nasihat KematianSuatu hari, seorang kakek berjalan menuju masjid. Ia melewati sekelompok anak yang sedang bermain bola. Tiba-tiba permainan itu menerbangkan debu-debu jalanan, lalu sang ...